Pembangunan berkelanjutan menjadi isu yang semakin mendesak di tengah tekanan global seperti ledakan populasi, konsumsi berlebihan, dan meningkatnya kerusakan lingkungan. Indonesia, sebagai dengan jumlah penduduk yang tinggi turut menghadapi tantangan serupa.
Konsep luas pembangunan berkelanjutan sering dikaitkan dengan Laporan Brundtland yang menyatakan bahwa pengembangan memenuhi kebutuhan masa kini tanpa mengorbankan kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka. Paradigma pembangunan baru ditujukan untuk memenuhi kebutuhan material dan non-material manusia, memajukan keadilan sosial, membangun kapasitas ogranisasi dan manusia dengan perlindungan basis sumber daya alam yang menjadi dasar pengembangan masa depan (Munandar et al.,2019)
Indonesia pada dekade 2010-an menandai fase perubahan dimana langkah-langkah penting seperti Perjanjian Paris dan revolusi teknologi hijau menjadi tonggak utama yang mempercepat transisi menuju masa depan yang berkelanjutan. Memasuki dekade 2020-an integrasi ekonomi hijau masuk ke dalam kebijakan nasional sebagai respons terhadap krisis iklim dan kebutuhan pembangunan berkelanjutan (Abbas et al.,2025)
Pembangunan berkelanjutan dapat didukung melalui pengkajian yang mendalam dengan berbagai pendekatan yang sesuai. Sejumlah studi menunjukkan bahwa integrasi berbagai metode analisis dapat memberikan kontribusi dalam merumuskan strategi pembangunan yang berkelanjutan. Salah satu pendekatan yang banyak digunakan dalam mendukung proses pengambilan keputusan strategis dalam konteks keberlanjutan adalah Analytical Hierarchy Process (AHP).
AHP telah digunakan secara luas di berbagai sektor, seperti teknik, manajemen, kebijakan publik dan studi lingkungan serta bidang lainnya. Keunggulan AHP mencakup kemampuannya dalam menangani berbagai kriteria, transparansi dan strukturnya yang sistematis, serta kemampuannya dalam mengintegrasikan preferensi dan pendapat subjektif pengambil keputusan ke dalam proses pengambilan keputusan Keistimewaan AHP adalah fleksibilitasnya untuk diintegrasikan dengan berbagai teknik/metode keilmuan lainnya. Hal ini memungkinkan peneliti untuk mengambil manfaat dari semua metode gabungan, dan mengembangkan pemahaman yang lebih utuh terhadap hasil analisis (Vaidya & Kumar, 2006).
Pembangunan berkelanjutan menghadirkan tantangan dalam pemahaman dan penerapannya karena memiliki banyak definisi serta keterkaitan yang kompleks antara berbagai sistem variabel. Definisi, “keberlanjutan” sendiri memiliki interpretasi yang berbeda-beda di berbagai disiplin ilmu. Namun secara umum, pembangunan berkelanjutan menekankan keseimbangan faktor ekonomi, sosial, dan lingkungan. AHP menawarkan pendekatan pengambilan keputusan yang sistematis, yang dapat membantu organisasi dan pemerintah dalam memprioritaskan dan mengalokasikan sumber daya untuk mendukung Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) (Sreenivasan et al., 2023).
Prinsip kerja AHP adalah menyederhanakan suatu masalah kompleks yang tidak terstruktur, strategik, dan dinamik menjadi bagian-bagiannya, serta menata dalam suatu hierarki. Kemudian tingkat kepentingan setiap variabel tersebut secara relatif dibandingkan dengan variabel yang lain. Dari berbagai pertimbangan tersebut kemudian dilakukan sintesa untuk menetapkan variabel yang memiliki prioritas tinggi dan berperan untuk mempengaruhi hasil pada sistem tersebut.
Berka Strategika telah menerapkan pendekatan ini dalam berbagai kajian, di antaranya dalam kajian komoditas unggulan yang diinisiasi oleh Bank Indonesia. Teknik AHP ini menggunakan persepsi ahli sebagai input utamanya. Untuk itu data bersumber dari para pemangku kepentingan atau pihak terkait yang dianggap sebagai tenaga ahli, baik berdasarkan posisi, kewenangan, jabatan, keilmuan, maupun pengalaman mereka, sehingga mewakili seluruh unsur stakeholder yang relevan dengan isu yang dikaji.
Metode ini secara umum digunakan untuk menghasilkan prioritas dari berbagai alternatif strategi. Dalam konteks kajian komoditas unggulan, hasil akhir dari metode AHP tersebut berupa listing komoditas yang diprioritaskan. Komoditas-komoditas ini dipilih berdasarkan tingkat kepentingannya dan menghasilkan keputusan yang berbasis pada data dan pertimbangan para ahli/pemangku kepentingan.
Selain itu, sejumlah literatur juga menunjukkan bahwa metode AHP digunakan dalam konteks yang beragam. Misalnya, kajian Ismail et al. (2021) membahas penerapan metode AHP dalam pengambilan keputusan terkait pemilihan wilayah untuk pengembangan inovasi. Penggunaan AHP dipilih karena membantu menentukan wilayah yang tepat untuk diintervensi, mengingat keterbatasan anggaran dan sumber daya. Pemilihan wilayah yang tepat dilakukan melalui keputusan yang objektif sesuai dengan kriteria. Pengambilan keputusan multikriteria ini bertujuan untuk mengeksplorasi AHP dalam intervensi pembangunan wilayah yang efektif. Penggunaan AHP menghasilkan manfaat sosial yang tinggi, mengefisienkan anggaran, dan kepastian keberlanjutan kegiatan.
Rahmatullah, Endaryanto, dan Affandi (2021) dalam penelitiannya menggunakan AHP untuk mengidentifikasi program prioritas dalam upaya pengentasan kemiskinan. Dalam kajiannya secara spesifik menghubungkan program-program pengentasan kemiskinan dengan pencapaian target Sustainable Development Goals (SDGs) tahun 2030. Metode AHP sesuai dalam memetakan permasalahan tersebut karena mampu untuk pengambilan keputusan yang kompleks dengan mempertimbangkan berbagai kriteria dan sub-kriteria secara hierarkis. Penggunaan AHP mampu menentukan bobot kepentingan dari setiap program berdasarkan penilaian ahli/pemangku kepentingan. Hasilnya adalah teridenfikasinya program yang paling efektif dan selaras dengan tujuan SDGs.
Dari pemaparan singkat di atas, terlihat bahwa penggunaan metode AHP efektif dalam memandu proses pengambilan keputusan. Dapat dipahami pula bahwa kontribusi AHP sangat penting dalam membantu para pemangku kepentingan untuk mengatasi berbagai permasalahan kompleks serta mendorong kemajuan pembangunan berkelanjutan di berbagai sektor.
Sumber:
Share: